Monday, January 09, 2006

Bingung

Di sebuah milis, pada sebuah kesempatan, aku membaca sebuah tulisan.

Seorang Ibu bercerita, bulan Desember yang lalu bersama anak dan mertuanya, seorang pemuka agama, berjalan-jalan ke sebuah mall. Ketika anaknya yang masih kecil bertanya tentang hiasan Natal yang ramai terpajang di seantero mall dan tentang St. Claus yang (mungkin) hilir mudik atau ngejogrok di salah satu tempat di mall tersebut, si Ibu lalu menjadi bingung. Kenapa ? Karena saat itu mereka sedang berjalan-jalan bersama sang mertua yang seorang pemuka agama. Si Ibu takut menyinggung perasaan mertuanya yang seorang pemuka agama, bila dia menjelaskan tentang Natal dan St. Claus kepada anaknya.

Jujur aku gak ngerti kebingungan ibu tersebut. Kenapa ya harus bingung? Apakah Natal dan St. Claus itu sesuatu yang tidak layak dijelaskan kepada seorang anak kecil sebagaimana layaknya menjelaskan tentang pornografi atau pornoaksi atau kriminalitas? Atau apakah karena menerangkan sesuatu tentang agama/keyakinan lain adalah dosa seperti melakukan pelanggaran agama? Atau ibu tersebut kuatir anaknya tertarik pada hiasan Natal dan St. Claus dan minta mengganti agamanya?

Aku tidak mengerti dimana letak masalahnya, dimana letak kebimbangannya : perbedaan agama/keyakinan-nya kah yang menjadi masalah, atau karena kehadiran 'pemuka agama'nya kah yang menjadi kebimbangannya ?

Aku ingat, salah satu gereja besar di kota asalku didirikan oleh orang yang tergolong masih kerabat dekatku (adik oma-ku), hampir seluruh pendetanya (waktu aku masih kecil) terhitung family, orang tuaku semua pernah jadi pengurus gereja. Kalau itu bisa dijadikan paramater, mungkin keluargaku adalah pemuka agama (tapi aku kok malu sendiri nulisnya hehehe).

Dari kecil, aku punya tetangga, pembantu, sopir yang berlainan agama dengan kami. Tapi orangtuaku, kakek nenekku, dengan leluasa menjelaskan semua perbedaan tersebut. Bukan dengan tujuan memperuncing perbedaan, tapi supaya kami menghargai perbedaani itu. Kami dilarang membagi makanan yang mengandung babi kepada mereka. Adikku yang laki dilarang menyentuh pembantu yang sudah berwudhu mau sholat. Lalu kami juga selalu 'merayakan' Lebaran di rumah, karena ibuku selalu membuat ketupat dan lauknya yang lengkap. Lalu kami diajari untuk meminta maaf lahir dan batin saat pembantu kami kembali dari kampungnya, atau bersua dengan para tetangga.

Aku malah tambah bingung deh. Tapi sudahlah, memang tidak semua hal di dunia ini untuk dimengerti. Kadang tidak mengerti malah lebih baik. Aku hanya bersyukur, bahwa kalau hanya sekedar bercerita tentang perbedaan keyakinan, budaya, bahasa, warna kulit, kami bisa dengan leluasa bercerita kepada anak-anak kami, di dekat siapapun tanpa perlu merasa rikuh apalagi bingung.

Aku menjadi bingung kalau anakku bertanya tentang kekerasan yang tersodor di layar tv, tentang kata-kata gak pantas yang berhamburan dari mulut2x lingkungan kita atau kalau dia bertanya kenapa mama gak hapal-hapal segala macem dinosaurus itu hahahahaha.....

Jadi biarlah aku tetep bingung dengan cerita Ibu tadi. Biarlah aku gak ngerti dengan tujuan si Ibu menceritakan hal tersebut di milis yang notabene membernya adalah multikultur dan agama. Aku juga menulis hal ini bukan supaya jadi gak bingung, atau tambah bingung. Cuma sekedar membagi bingung saja hehehehehe.....*curang.com*

1 Comments:

Blogger f e r o n a said...

gw juga bingung mo komen apa, Mam? Biarlah Mam... orang2 kan punya stylenya masing2...

10:59 PM  

Post a Comment

<< Home