Tuesday, August 30, 2005

John's shoulder


Judul ini punya dua makna. Hari Jumat yang lalu, ada laporan dalam diary John. Bahu John luka, asik berkejaran sama Zoya, gak tau gimana dia keserempet pinggir whiteboard. Baju seragamnya sobek di bagian bahu. Untung lukanya tidak besar, paling hanya 5 cm panjangnya, tidak dalam hanya lecet saja. Mr. Ivan sudah kasih obat (betadine kata John) dan pasang plester. John bilang, "Mr. Ivan said not to open this band until then next 24 hours".

Sebenernya yang mau aku ceritain adalah yang ini. Kemarin sore aku mendapat sms dari direkturku, sms ini isinya memastikan pada tanggal 1 Oktober mendatang aku akan kembali bekerja untuk perusahaanku yang lama, istilahnya di sini dipulangin ke kandang. Jadi aku tidak akan bertugas di TV7 lagi. Perasaanku antara senang dan sedih. Bagaimanapun sudah 4,5 tahun aku berkarya di sini. Aku ikut membidani kelahiran TV7 ini loh, boleh dibilang begitu.

Jadi semalam, waktu itu John sedang makan malam, baru pulang dari les piano. Terduduk di sampingnya sambil menikmati makan malamku, aku mulai percakapan. Ah bukan menikmati juga kok, karena aku gak berselera makan kemarin malam itu sebetulnya.

Aku : John, start from 1 October, I will no longer work for TV7.
John : What do you mean, Ma ?
Aku : Ya, I will no longer work for TV7. I will be transferred to my old company.
John : Why ? (aduh cara dia ngomong dan natap seperti orang dewasa, so careful. Seakan dia mencium ada sesuatu yang salah dan dia mengkuatirkanku)
Aku : Because my previous company needs me more than TV7 (aku sempet gelagapan, bener-bener gak nyangka bakal ditanya begini sama John)
John : Oh, do you like it, Ma ? Do you still like your old one ?
Aku : Well, John. I think yes I like my old one. At least I hope I still like it. (ngomongnya sambil diseret karena aku sendiri gak yakin)
John : Ya, Ma. Don't worry, just hope.

And then he sang one of his Sunday School song for me : "Have faith, hope and charity. That's the way to live successfully. How do I know ? The bible tells me so. "

Hampir titik air mataku karena percakapan ini. Bagaimana mungkin, John yang baru 7 th, sambil asik menikmati rendangnya bisa begitu berempati padaku ? Tidak satupun orang dewasa yang berpikir seperti dia. Semua orang yang kuceritakan hanya bertanya : why ? Tapi John dengan tepat bisa membaca hatiku yang terdalam dengan pertanyaannya : Do you like it, Ma ? Malam itu tanpa dia sadari, dia sudah menawarkan bahunya untuk tempatku bersandar. Lewat pertanyaan dan nyanyian hiburannya, aku sudah dikuatkan.

Tuhan memang menciptakan anak-anak dengan penuh keajaiban.

Setelah percakapan itu, dengan air mata di pelupuk mata, aku sms boss sekaligus temanku, mbak Uni Lubis. Kuceritakan percakapanku sama John. Lalu jawab mbak Uni : Stell, aku lagi baca buku Paulo Coelho yang terbaru (judulnya : the fifth mountain), dikutip dari Alkitab : belajarlah dari anak-anak.

Aku balas sms mbak Uni : ya, karena merekalah yang empunya kerajaan Surga.