Tuesday, January 31, 2006

Kurang Ajar !!!!!

Aduh tobat orang jaman sekarang betul-betul kurang ajar keterlaluan.

Jadi ceritanya, hari Jumat malem Judo cerita, dia dikasih 'film' sama temennya. Disebut blue film gak tepat banget, tapi contentnya memang begitulah. Temennya maksa banget supaya Judo nonton, lain katanya. Di covernya tertulis : (kurang lebih ya, lupa persisnya) lihatlah bejatnya remaja kita sekarang. Hm...lokal nih pikirku, ah males. Bukannya aku penggemar 'interlokal' tapi aku memang gak suka sama 'film' yang vulgar banget.

Tapi terus Judo, nowel-nowel aku supaya nonton. Liat sekilas aku menangkap sesuatu yang aneh. Gak sampai 5 menit aku langsung nangkep apa yang disebut 'lain' sama temen Judo. Kayaknya film itu diambil pakai hidden camera dan korbannya sepasang suami istri. Aduh aku langsung mau muntah campur mau marah.

Film itu keliatan banget diambil dari kamera tersembunyi, mungkin di sebuah hotel (kalu gak salah dibilang lokasinya di Solo). Jadi gambar dilayar memang gak begitu jelas dan karena diambilnya ngumpet2x (keliatan dari sebuah lubang, gak tau di lemari atau di dinding), kadang hanya bagian kaki saja yang terlihat. Pokoknya kamera hanya leluasa mengambil angle tempat tidur saja.

Dah gitu pasangan itu keliatannya pasangan baik2x, soalnya gak melakukan adegan aneh2x, posisi aneh2x atau keliatan salah satu lebih melayani yg lain, dan gitu keliatan ada cincin kawin yang sama di jari keduanya. Mereka melakukan adegan itu biasa aja, aku malah rada heran kok kalem banget yak (introspeksi wakakakakakak....).

Aku sedih, mau marah campur mual melihatnya, aku dan suami langsung mematikan player segera setelah mendapatkan kesimpulan di atas. Aku malah langsung nginget2x dimana ya akhir2x ini kami nginep di hotel? Fuih....kayaknya dah lama deh gak ngehotel, lagipula setiap keluar kota selalu sama anak-anak jadi rasanya tidak ada adegan seru yg bisa direkam orang jahat.

Aku membayangkan kalu jadi korban di film itu, jadi keluarganya, jadi temannya. Semoga orang-orang terkutut yang melakukan perbuatan nista itu segera bertobat dan tidak mengulagi lagi. Semoga tidak ada orang-orang gila lainnya yang tega berbuat sekotor itu.

Tapi aku gak tahan untuk gak memaki : kurang ajar!!!!!!!!!!!




Monday, January 16, 2006

Baju Mama Bagus deh !


Setting : mau ke pesta kawin Sisca, aku pake atasan coklat berlengan kelelawar.

John : Ma, aku suka deh baju mama ini. Bagus deh. Ada wings-nya. (sambil merentangkan kedua tanganku dan membelai 'sayap' bajuku)
Aku : oh ya ? John suka ? Apanya yang bagus ? (agak heran, karena John jarang sekali berkomentar seperti ini)
John : Iya bagus, ada sayapnya. Kayak pterosaurus.

Sunday, January 15, 2006

Cari Uang

David : Ma, cari uang itu apa sih?
Aku : Ya kalau mama kan bekerja, nanti dikasih uang sama boss mama. Kalau papa kan jualan, kalau barangnya laku kan dapat uang.
David : oooh begitu, kirain uangnya disembunyiin Tuhan terus papa sama mama nyari-nyari gitu hehehehe

oalaaaaa anakku yang lucu dan polos

Friday, January 13, 2006

Kawan

Siang ini aku ketemuan sama temanku. Dia lebih tepat disebut guruku. Awalnya dia atasanku, tapi kami lalu berteman dan aku belajar banyak sekali dari dia, jadi wajar kalu aku anggap dia guruku.

Sudah beberapa lama kami gak ketemu, hanya lewat sms itupun tidak rutin. Waktu kemarin dia sms mengajak makan siang, aku tidak merasa ada yang lain atau berbeda. Tapi semakin aku pikirkan, aku semakin merasa ada sesuatu, tapi aku tidak bisa menebak sama sekali.

Ternyata feelingku tepat, walaupun tidak seperti yang aku bayangkan (malah sebetulnya aku gak mampu membayangkan apa-apa), feelingku tidak salah. Berita yang disampaikannya membuatku sangat terkejut. Tapi sekarang saat aku mengingat lagi bagaimana reaksiku tadi, aku tidak bisa ingat apa2x. Apa saking terkejutnya aku jadi lupa reaksiku atau sebaliknya aku jadi tidak bisa bereaksi apa2x. Numb saja begitu.

Well, itu tidak penting. Yang maha penting buatku adalah bagaimana dia sudah meluangkan waktu hanya untuk membuatku jadi orang-orang pertama yang diberitahu hal ini, langsung darinya sendiri.

Kawan, mungkin kau tidak tahu, tapi bagiku ini adalah sebuah pengakuan yang luar biasa. Bahwa engkau menganggapku cukup berharga, cukup dipercaya untuk diberitahu kabar sebesar ini. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana engkau menghargaiku. Doaku semoga sukses, kebahagiaan dan kesehatan menyertaimu senantiasa. Doaku juga semoga keluargamu dalam lindunganNya selalu. Amin.

Thursday, January 12, 2006

Maybe

Malam menjelang tidur. John sibuk menyiapkan sarang tidurnya. David datang memelukku erat-erat. Jadi kupangku David sambil kuayun-ayunkan badan mungilnya.

"Whey you grow big, will you still love me?"
"Off course"
"When you grow big, will you forget me?"
"Maybe"
"Why?"
"Because I'll be living in England, it is so far from here. So maybe I will forget you"

dasar anak hihihihi.....

Wednesday, January 11, 2006

my angel


Ini yang ketiga kalinya, pertama waktu David masih bayi banget kira-kira umur 2 bulan. Kami lagi antri di dsa di Medistra waktu itu. Seorang kungkung yang melakukan. Yang kedua waktu aku masih di TV7, detik-detik terakhir. Temanku seorang reporter anyar waktu itu. Yang ketiga (apakah ini yang terakhir?) kemaren malam. Aku lagi dinner meeting sama dua teman SMAku, salah satunya yang mengatakan.

Orang yang melakukan berbeda, tempat dan kejadian berbeda, juga waktunya. Tapi mereka bertiga menyatakan hal yang sama, bahwa bungsuku, si David mungil akan jadi orang sukses nantinya. Kungkung tua itu menyarankan kami membawa David 'pulang' ke Tiongkok karena disana David akan jadi orang terkenal, jadi pemimpin besar, perkataannya akan didengar banyak orang, katanya. Teman reporterku bilang Davidku akan menjadi orang yang sukses, dia adalah anak yang sangat pintar dan baik hatinya. Kelak anak-anakku akan terpencar di negera-negara yang berbeda, David inilah yang akan selalu menjadi pengikat mengumpulkan keluarga.

Lalu terakhir temanku tadi malam, begitu melihat foto David dia berkata, anak lo ini pinter Stell, dia akan jadi orang sukses.

Semua orang yang tadi kusebutkan tidak mengenal David. Kungkung itu baru sekali itu 'bertemu' dg bayi David. Teman reporterku dan teman SMAku hanya melihat David melalui foto di hp-ku. Dan kami sedang tidak mengobrolkan tentang David, jadi mereka tidak tahu informasi apa-apa tentang David.

Ah Davidku, my angel. Ada sesuatu dalam dirinya yang setiap kali memandangnya membuat sesuatu di dadaku tersentak, padahal setiap hari kan aku lihat dia, tapi perasaan itu tidak pernah berkurang apalagi lenyap. Yang aku tahu, hatinya sungguh baik. Entah berapa kali dia memberikan goodie bags utlah temannya kepada John (padahal biasanya anak-anak suka sekali sama goodie bags). Dia juga sering memuji orang : Ma, you are very pretty atau John, it's very good sambil menunjuk gambar coretan John. Dan semua dilakukan sangat tulus, dia mudah tersentuh, mudah kagum pada karya orang lain.

Apakah mungkin benar perkataan orang-orang tadi? Hanya Tuhan yang tahu. Aku cuma berharap semoga David selalu bahagia dan dalam lindungan Tuhan. Amin.

Tuesday, January 10, 2006

koboiku


Hari Jumat yang lalu adalah Parent Teacher Meeting day di SBGG. Aku dapat nomor urut pagi, pukul 8.45.

PTM selalu jadi hari yang aku nanti-nanti, aku seneng banget kalu ada kesempatan berdiskusi sama pihak sekolah, sama teacher, principal, admin, parents, semua deh pokoknya.

Kemarin itu PTM-nya sekaligus Report Distribution Day. Secara aku ini ibu yang bekerja, gak punya PRT pula jadi di rumah pun gak 100% ngurus anak doang, aku bersyukur sekali John masih bisa ngikutin pelajaran, malah bisa mendapat nilai second highest di kelasnya.

Mr. Ivan juga bilang gak ada masalah sama sekali dengan sisi akademis John. Behaviour-nya juga membaik dibanding term 1, dia gak suka ganggu anak lain lagi kalau nanggur, dia juga gak terlalu gampang terdistracted sama kelakuan anak-anak lain. Walaupun tetap Mr Ivan bilang : boys are boys, dont expect them to behave like girls. Hehehe iya deh Mr. Ivan, we won't.

Mr Ivan juga bilang John is a very nice boy, all girls love him and all boys like him, he is very popular. Di report juga sampai distated gitu loh. Sebagai emaknya aku jadi ge er hahahaha.... padahal anaknya cuek blas.

Memang sih John di rumahpun jauh lebih baik, dia berusaha jadi good brother buat David. Sering terharu melihat mereka berdua. They both are trully our stars, we love you both.

Ini foto John pake topi koboi milik ayahnya jaman remaja bareng sama aku, sebelum berangkat Sekolah Minggu, kira-kira 4 bulan yang lalu. Ganteng kan? hehehehe....

foto-foto


Gara-gara mau kirim foto-foto buat Josh di Houston, aku jadi ngerapihin foto-foto deh. Jeleknya kamera digital begini nih, jadi males cuci cetak foto, akibatnya foto bertumpuk di harddisk doang deh.

Sampai mau muntah deh milihin foto-foto, dari duduk manis sampai tiduran. Bayangin aja, setelah aku sortir, jadinya 3 CDR loh hehehehe. Memang selain foto, ada beberapa film hasil ngerekam via digicam. Semoga bisa ngobatin kangen Josh sama John dan David.

Monday, January 09, 2006

Bingung

Di sebuah milis, pada sebuah kesempatan, aku membaca sebuah tulisan.

Seorang Ibu bercerita, bulan Desember yang lalu bersama anak dan mertuanya, seorang pemuka agama, berjalan-jalan ke sebuah mall. Ketika anaknya yang masih kecil bertanya tentang hiasan Natal yang ramai terpajang di seantero mall dan tentang St. Claus yang (mungkin) hilir mudik atau ngejogrok di salah satu tempat di mall tersebut, si Ibu lalu menjadi bingung. Kenapa ? Karena saat itu mereka sedang berjalan-jalan bersama sang mertua yang seorang pemuka agama. Si Ibu takut menyinggung perasaan mertuanya yang seorang pemuka agama, bila dia menjelaskan tentang Natal dan St. Claus kepada anaknya.

Jujur aku gak ngerti kebingungan ibu tersebut. Kenapa ya harus bingung? Apakah Natal dan St. Claus itu sesuatu yang tidak layak dijelaskan kepada seorang anak kecil sebagaimana layaknya menjelaskan tentang pornografi atau pornoaksi atau kriminalitas? Atau apakah karena menerangkan sesuatu tentang agama/keyakinan lain adalah dosa seperti melakukan pelanggaran agama? Atau ibu tersebut kuatir anaknya tertarik pada hiasan Natal dan St. Claus dan minta mengganti agamanya?

Aku tidak mengerti dimana letak masalahnya, dimana letak kebimbangannya : perbedaan agama/keyakinan-nya kah yang menjadi masalah, atau karena kehadiran 'pemuka agama'nya kah yang menjadi kebimbangannya ?

Aku ingat, salah satu gereja besar di kota asalku didirikan oleh orang yang tergolong masih kerabat dekatku (adik oma-ku), hampir seluruh pendetanya (waktu aku masih kecil) terhitung family, orang tuaku semua pernah jadi pengurus gereja. Kalau itu bisa dijadikan paramater, mungkin keluargaku adalah pemuka agama (tapi aku kok malu sendiri nulisnya hehehe).

Dari kecil, aku punya tetangga, pembantu, sopir yang berlainan agama dengan kami. Tapi orangtuaku, kakek nenekku, dengan leluasa menjelaskan semua perbedaan tersebut. Bukan dengan tujuan memperuncing perbedaan, tapi supaya kami menghargai perbedaani itu. Kami dilarang membagi makanan yang mengandung babi kepada mereka. Adikku yang laki dilarang menyentuh pembantu yang sudah berwudhu mau sholat. Lalu kami juga selalu 'merayakan' Lebaran di rumah, karena ibuku selalu membuat ketupat dan lauknya yang lengkap. Lalu kami diajari untuk meminta maaf lahir dan batin saat pembantu kami kembali dari kampungnya, atau bersua dengan para tetangga.

Aku malah tambah bingung deh. Tapi sudahlah, memang tidak semua hal di dunia ini untuk dimengerti. Kadang tidak mengerti malah lebih baik. Aku hanya bersyukur, bahwa kalau hanya sekedar bercerita tentang perbedaan keyakinan, budaya, bahasa, warna kulit, kami bisa dengan leluasa bercerita kepada anak-anak kami, di dekat siapapun tanpa perlu merasa rikuh apalagi bingung.

Aku menjadi bingung kalau anakku bertanya tentang kekerasan yang tersodor di layar tv, tentang kata-kata gak pantas yang berhamburan dari mulut2x lingkungan kita atau kalau dia bertanya kenapa mama gak hapal-hapal segala macem dinosaurus itu hahahahaha.....

Jadi biarlah aku tetep bingung dengan cerita Ibu tadi. Biarlah aku gak ngerti dengan tujuan si Ibu menceritakan hal tersebut di milis yang notabene membernya adalah multikultur dan agama. Aku juga menulis hal ini bukan supaya jadi gak bingung, atau tambah bingung. Cuma sekedar membagi bingung saja hehehehehe.....*curang.com*

Sunday, January 01, 2006

Something the Lord Made

Kalau tadi aku cerita tentang The Cinderella Man, sekarang aku mau cerita tentang sebuah kisah nyata lain yang tidak kalah menggugah. Film ini bercerita tentang 'kerjasama' seorang dokter kulit putih dan asistennya hitamnya pada sekitar awal tahun 1930-an. Ketika itu Amerika masih sangat rasialis terhadap orang kulit berwarna. Judul film ini adalah Something the Lord Made.
Dr. Alfred Blalock (Alan Rickman, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban) adalah seorang ahli bedah muda, bekerja untuk sebuah rumah sakit kecil di Nasville. Vivien Thomas (Mos Def, The Italian Job) adalah anak seorang kontraktor kulit hitam yang bercita-cita ingin kuliah kedokteran, namun karena tabungannya belum cukup lalu bekerja sebagai carpenter. Banyak yang menyukai hasil kerjanya, tapi ketika ada tawaran untuk bekerja di rumah sakit, dia tinggalkan perkakas tukangnya. Pekerjaannya adalah sebagai tukang bersih-bersih lab tempat kerja Dr. Blalock dan kandang anjing-anjing percobaan si ahli bedah. Dalam sekejap saja Dr. Blalock menyadari bahwa Vivien punya bakat juga sebagai ahli bedah, bukan sekedar tukang bersih-bersih. Dr. Blalock sangat benar.
Keberhasilan mencari solusi untuk mengatasi shock yang mematikan pada penderita luka parah, terutama para prajurit AS di perang dunia kedua mengantar Dr. Blalock menjadi pemimpin departemen bedah di RS John Hopkins. Tentu saja Vivien diajak serta. Oh ya Vivien ini bukan perempuan, walaupun namanya begitu. Menurut cerita, ibu Vivien yakin akan melahirkan bayi perempuan dan tidak bersedia mengganti nama Vivien ketika yang lahir ternyata laki-laki hehehehe.....
Singkat cerita, mereka berdua, Blalock dan Vivien berhasil melakukan operasi by-pass jantung pada seorang bayi yang menderita baby blues (bayi yang berwarna biru karena ada kelainan pada jantung). Operasi ini menjadi landasan operasi jantung di dunia, karena sebelum mereka, tidak ada seorang ahli bedahpun yang berani melakukan operasi pada jantung manusia.
Namun keberhasilan ini malah membuat Vivien bersedih. Karena sebagai kulit hitam, dia bukan hanya tidak mendapatkan penghargaan atau kemahsyuran sebagaimana diperoleh Dr. Blalock, tapi bahkan sekedar pengakuan bahwa dia juga turut berjasa saja tidak ada sama sekali.
Dengan kecewa Vivien mengundurkan diri dan berusaha lagi mengapai cita-citanya yang tertunda yaitu menjadi seorang dokter. Usianya 35 tahun ketika itu, 15 tahun berpengalaman menjadi tangan kanan seorang profesor ternama di dunia (dokter-dokter bedah di seluruh dunia datang ke RS. John Hopkins untuk belajar pada Dr. Blalock dan Vivien). Namun lagi-lagi dia cuma berhadapan dengan kekecewaan.
Akhirnya dengan rendah hati dan menahan malu, dia meminta Dr. Blalock mempekerjakannya kembali. Tentu saja Dr. Blalock dengan senang hati menerimanya. Seiring dengan perbaikan sistem di Amerika (kulit berwarna mempunyai hak yang sama dengan kulit putih), Vivien menjadi direktur laboratorium di RS. John Hopkins. Bahkan akhirnya dia mendapat gelar doktor kehormatan dan lukisan dirinya dipasang di lobby RS tersebut, bersama dengan lukisan diri para pesohor pendahulunya seperti John Hopkins himself dan tentu saja Dr. Blalock.
Bukan main perjuangan yang dilalui Vivien, mulai dari penghinaan yang diterimanya karena warna kulitnya sampai tabungannya selama 7 tahun lenyap begitu saja ketika bank tempatnya menabung bangkrut (padahal itu adalah tabungan untuk melanjutkan studi kedokteran). Dia bahkan harus berjuang menuntut hak-nya untuk bisa mendapat penghasilan layaknya seorang staf lab, karena ternyata selama ini dia hanya mendapat gaji sebagaimana tukang bersih-bersih saja. Sering kali dia seperti harus menahan segala penghinaan, hanya karena dia seorang kulit berwarna.
Namun benar, Tuhan itu tidak buta juga tidak tuli. Dia Maha Tahu. Di usia tuanya, Vivien mendapatkan juga gelar yang dia impikan sejak kecil, akhirnya orang bukan hanya menyebut dia Mr. Thomas tapi Dr. Thomas. Bahkan lukisan dirinya dipasang sejajar dengan para pesohor kulit putih lainnya. Vivien, yang dulu bahkan tidak boleh masuk melalui lobby utama RS, yang harus menggunakan ruang makan dan toilet khusus untuk kulit berwarna, yang dihina dan diragukan kemampuannya oleh para dokter di sana, akhirnya mendapat pengakuan sebagai salah seorang guru yang luar biasa, dokter yang amat pandai dan teknisi yang inovatif (karena ia mencitakan sendiri banyak peralatan operasi yang dia butuhkan). Sebuah pencapaian yang bahkan orang kulit putih sendiripun belum tentu bisa capai.