Sunday, April 23, 2006

Gubrak ! 26 Maret 2005 pagi


Sejujurnya, males banget bangun pagi-pagi. Lagi liburan gitu loh, lagian brrrr...duingin banget udaranya. Tapi inget cuma punya waktu sampai besok siang saja di Genting Highland padahal yang pengen dikunjungi banyak. Oh ya, sebelum pergi, aku sudah menyusun rencana mau berkunjung kemana saja. Bahkan saking rajinnya, jam pertunjukkan, harga tiket masuk sampai lokasinya sudah aku catat. Thank you to the internet !

Jadi kira-kira pukul 7 kami satu per satu mulai mandi dan bersiap2x. Turun ke lobby, kami mampi ke resto dulu untuk sarapan. Restonya luas, pilihan menunya lumayan banyak. Ada bubur ayam (wah dibanding bubur ayam Mangga Besar atau Ta Wan, jauh banget deh), tapi ya lumayan sarapan bubur panas di udara dingin berkabut. Ada american breakfast juga, terdiri dari roti panggang dan beberapa jenis olesan dan sosis. Lalu ada menu Melayu terdiri dari nasi lemak (aduh dibanding nasi uduk bumi dan langit deh), kwetiau goreng (huhuhu ini juga rasanya asal banget) dan rendang kalu gak salah. Ada pula masakan India berupa roti cane dan saosnya. Ini lumayan enak, walau bumbunya enakan yang di Jakarta lagi hehehe....

Ada kejadian memalukan waktu sarapan pagi ini. Gara-gara mencari gelas untuk bikin susu buat Awit, aku diminta ambil gelas sendiri ke bagian belakang resto (tapi bukan dapur). Yah siapa yang sangka, lantai di situ basah dan licin. Gubrak ! Gak bisa ditahan lagi aku terjun bebas ke lantai yang licin itu. Aduh mak, dengan tangan sebelah menahan gelas berisi air, jari kelingkingku kehantam gelas itu rupanya, duh sakitnya nyut-nyutan. Bokong sebelah kiri gak usah ditanya lagi, juga sikut kiriku.

Ada seorang ibu muda yang melihat kejadian dan menunjukkan wajah prihatin. Untung aku bisa bangun sendiri dan berjalan ke meja kami. Saat itu yang terasa paling sakit adalah jari kelingkingku. Aku perhatikan baik-baik, kuatir ada luka terbuka, kuatir kukunya belah atau copot, tapi gak ada apa-apa sih.

Yah pagi itu sarapan cukup lancar dan nyaman, kecuali bagian gubrak tadi. Semua makan kenyang dan hepi (the magic of holiday lagi, coba di rumah nyediain nasi lemak hambar atau bubur ayam anyep hehehe...). Kami pun siap menghabiskan hari ini bersenang-senang di First World Hotel.

Genting Highland 25 Maret 2006 malam


Gak lebih dari 15 menit kami tiba di First World Hotel. Dari Theme Park Hotel kami ke kanan, lalu naik escalator, lalu belok kiri, lalu lupa hehehe...tapi petunjuk jalan di sana bener-bener jelas dan helpful. Gak pakai nyasar sama sekali (kecuali salah napak, bukannya di jalan buat orang malah di jalanan mobil hehehe), kami memulai petualangan di FWH.

Lobby hotelnya besaaaaar sekali, mirip lobby-lobby hotel di Las Vegas, bedanya di sini tidak ada mesin casino saja. Lobby FWH dibuat bernuansa hutan, jadinya memang remang-remang, tapi tidak menyeramkan (soalnya rame kali ya, coba kalu sepi). Seluruh ceiling ditutupi dengan dedaunan, pokoknya serasa di dalam hutan lebat. Tapi hutan asik, soalnya di tepi hutan ada Starbuck Cafe hehehe....

Dari situ kami naik ke atas, pakai escalator, sesuai petunjuk di atas bakal nemu shopping center dan resto/cafe. Wah anak-anak langsung jejingkrakan kesenangan melihat isi lantai 2 itu. Dekorasinya memang seru, ada tiruan patung Liberty, ada dinosaurus di depan sebuah toko, ada motor 'nabrak' dinding sebuah toko busana. Belum lagi permainan anak-anak seperti ferrish wheel, merry-go-round, venice boat, rainder cruiser, dan masih banyak lagi. Musik dari mainan-maianan itu memang berisik, tapi membuat suasana jadi meriah dan bersemangat.

Ingat besok mau mampir ke Snow World, malam itu kami mencari tau dulu lokasinya. Untung juga, karena perlu waktu lumayan untuk menemukannya. Kami juga mencari lokasi Ripley's Believe It or Not malam itu. Setelah menemukan lokasi tersebut, kami berkeliling mencari makan.

Anak-anak sih maunya makan Mc D. Tapi no way! Tadi siang sudah. Setelah lihat-lihat kiri kanan, kami sepakat mencoba chinese food. Ragu-ragu juga sih, soalnya takut anak-anak gak suka. Tapi yah coba dulu saja deh. Sayangnya bubur yang dijual, dari penampilannya saja sudah keliatan, jauh berbeda dari yang biasa kami santap di Jakarta. Buburnya bener-bener cuma bubur nasi (bukan bubur ayam), makannya ditemani dengan telur asin dan beberapa lauk yang aneh buat kami.

Jadi aku, mami, papi dan anak-anak pesan nasi campur yang terdiri dari nasi putih, usus babi dimasak sekba dan dua macam sayur tumisan (kami pilih sawi asin dan kacang panjang) dan semangkuk kaldu babi. Judo milih nasi dan babi panggang merah. Satu porsi nasi campur harganya RM 12.00 alias Rp. 30.000,- Cukup mahal ya kalau ingat di Jakarta nasi campur seperti itu gak mungkin lebih dari Rp. 20.000,-

Aih gak disangka banget deh. Si usus sekba dan sawi asinnya ueeenak banget. Anak-anak aja suka banget, terutama David. David sih sampai kuah kaldu babinya juga diseruput tandas, enak banget katanya. Jadinya, besok siang dan malamnya kami makan di situ lagi dengan menu yang sama. Agak malu juga sih sama yang jual hihihi. Tapi papi dan Judo sih makan di tempat lain-lain setiap kali makan.

Nci yang jual itu gak bisa bahasa Inggris, gak bisa bahasa Melayu. Yang membantu melayani kami adalah pegawainya, lelaki, keliatannya Melayu (atau jangan-jangan tki ? hehehe). Kalau si pegawai sedang tidak ada, kami mengandalkan bahasa tubuh.

Selesai makan kami keluar masuk toko, melihat-lihat. Aha ! Ada toko sepatu yang menjual Vincci. Tapi ingat kami akan ke KL, kami cuma lihat-lihat saja tanpa membeli sepasangpun. Aku ingat sempat sms Susan malam itu : San, sampai detik ini belum belanja apa-apa loh. Hihihi...soalnya sebelum berangkat kami berjanji kami gak akan shopping (hiks janji yang ternyata bakal aku ingkari di Singapore).

Sambil jalan-jalan kami membeli pengangan kecil, sweet corn dan bakpao. Sebetulnya di Jakarta ya banyak cemilan kayak gitu, tapi kami membayangkan nikmatnya ngemil sweet corn panas di udara sedingin ini. Kalau gak salah harganya RM 3,50/cup alias Rp. 8.750.-. Bakpao yang bikin penasaran itu gedenya minta ampun. Warnya putih montok, besarnya hampir sebesar piring !!! Harganya RM 4,00 alias Rp. 10.000,- Ternyata rasanya tidak sehebat tampilannya. Dalamnya terdiri dari telur ayam rebus dan daging ayam diiris besar-besar. Tapi masih lumayan karena rasa dagingnya gurih dan bakpaonya panas banget.

Sebelum pulang Judo membeli secangkir kopi dingin di Starbuck. Hiii gak ada yang pengen nyobain kecuali John. Dingin banget gini kok ya minum kopi dingin hehehe.

Pas mau pulang ternyata turun hujan, jadi kami tidak bisa melalui jalan yang tadi. Jadi kami pilih jalan lain, lebih jauh tapi tidak kehujanan. Cukup jauh kami jalan, tapi ya itu dia tadi, the magic of holiday, hepi dan enjoy aja tuh.

Malam itu kami tidur nyenyak banget, di balik selimut tebal. Anak-anak tidur sama papi dan mami. Aku tidur berdua sama Judo.

Saturday, April 22, 2006

KL - Genting 25 Maret 2006


Encik Muhammad bener-bener tuan rumah yang baik. Mercynya nyaman (sampai takut kena ceceran cemilan Mc D deh), nyetirnya kalem dan ramah sekali. Semua pertanyaan kami dijawab dengan ramah. Padahal papi salah melulu menyebut dia cik, bukan encik. Dalam bahasa mereka, cik itu panggilan untuk perempuan, encik panggilan untuk pria.

Anak-anak berisik banget, sebentar-sebentar bertanya kapan sih tiba di Genting. David malah harus dijelaskan berkali-kali kalau kami sudah di Malaysia, bukan di Indonesia lagi. Mungkin karena iklimnya sama, orang-orangnya keliatan sama dan perjalanan juga sebentar (lebih lama ke Pangandaran naik mobil hehehe) jadi Awit gak merasa ada di negara orang.

Kira-kira satu jam lepas dari LCCT, mobil kamipun memasuki kawasan Genting. Begitu tiba di Theme Park Hotel (yang sempet bikin kami bingung karena lobby-nya gak keliatan dari depan), anak-anak berebutan turun dari mobil. Alamak ! Duingiiiiiiiin sekali ternyata di luar. Sebagai emak reseh, aku langsung repot memasangkan jaket anak-anak. Untung jaket-jaket itu selalu nangkring dipinggang mereka, jadi gak perlu acara mencari jaket di dalam koper segala.

Sementara itu, sebagai bapak cuek hahaha Judo malah asik nyuruh kita bergaya buat difoto. Gak heran kalau dia seperti gak merasakan dingingnya udara. Di rumahpun dia sudah terbiasa tidur cuma bercelana pendek padahal AC dipasang 16 derajat! Demi kenang-kenangan, sambil gemetaran kamipun berpose di depan hotel. Sayang hasilnya gak bagus, soalnya kabut tebal sekali di sekitar kami.

Setelah check-in (hiks, gak bisa dapat connecting room), di antar bell boy kami menuju kamar. Buset, jauuuuuuh banget ternyata letak kamar kami, seperti jalan ke hotel lain saja rasanya. Anak-anak langsung berlarian kegirangan (dan mereka nanti jadi satun2xnya, eh dua2xnya orang yang keringetan di udara sedingin itu). Yah namanya juga liburan, suasana santai hatipun riang gembira. Jalan ke kamar sejauh itu (dan nanti kami bolak balik ke kamar terus) rasanya ringan saja tuh.

Kamar kami cukup luas. Tiap kamar mempunyai 2 tempat tidur ukuran queen. Antenna hematku langsung turn on: wah, tau gini cukup pesan satu kamar saja. Satu ranjang cukup untuk 2 dewasa dan 1 anak. Pas kan? Hehehe...asbun, bisa diusir pihak hotel kalau ketauan.

Ini lagi the magic of holiday. Biasanya, habis jalan-jalan jauh melihat tempat tidur yang bersih dan empuk, rasanya pengen tidur aja. Tapi ini boro-boro, malah semuanya bertekad untuk langsung menyusuri Genting ! Padahal sudah hampir pukul 6 loh. Untung ada mami yang ngingetin dan maksain kita untuk mandi dulu.

Kamar mandinya gak besar, closet, wastafel dan glass shower room. No prob, yang penting, water heaternya lancar. Sehabis mandi air dan hangat langsung kena udara dingin, pipi anak-anak merah kayak apel. Seger dan sehat banget keliatannya. Puji Tuhan deh.

Setelah semua mandi, kami berjalan keluar hotel dan mulai petualangan kami di Genting. Dari kaca di depan kamar kami, samar-samar kami melihat First World Hotel persis di seberang kami. Kabut pasti sangat tebal, sampai lampu hotel yang terang benderang hanya terlihat samar.

Turun ke lobby, lalu kami mengikuti petunjuk jalan (luarrrrrr biasa, petunjuknya jelas dan selalu ada di tempat-tempat yang dibutuhkan). Tidak sampai 10 menit kami tiba di First World Hotel yang terkenal itu.

Jakarta - KL 25 Maret 2006


Undescribable feeling deh pokoknya. Ini perjalanan ke luar negeri pertama kami bisa bersama-sama sekeluarga plus orang tuaku. Akhirnya kesampean juga mengajak papi pergi ke LN bersama-sama. Papi kan tahun yang lalu kena serangan jantung dan dokter bilang kondisinya gak bagus. Puji Tuhan sampai hari ini papiku menjalani hari-harinya lumayan normal, malah boleh dibilang gak kayak orang sakit jantung.

Perjalanan ini sudah direncanakan dari akhir tahun yang lalu. Setiap hari aku berdoa semoga tidak ada halangan, semoga diberi kesehatan terutama Papi, semoga diberi rejeki, pokoknya semoga bisa jadi kenyataan. Wuih, soalnya kalu rencana dari jauh-jauh hari herannya suka adaaaaaa aja halangan.

Jadi pagi itu, agak deg-degan karena hujan turun lagi (padahal sudah akhir Maret gitu loh). Kami berempat naik taxi blue bird ke Cengkareng. Perjalanan lancar banget, pastinya karena itu hari Sabtu pagi. Jangan coba jalur dan jam yang sama di hari kerja deh. Kira-kira pukul 9.30 kami tiba. Eh ya kok bisa bareng sama papi dan mami yang tiba naik bus Damri dari Bogor. Semua muka ceria dan sehat, puji Tuhan banget.

Proses check-in sampai boarding boleh dibilang lancar, tidak ada halangan, kecuali luamaa banget. Karena kepagian, kami bisa check-in yang pertama, masih sepi deh. Habis itu seperti biasa bayar fiskal, gak tau kenapa penumpang di depanku ada masalah apa, lamaaaaaa banget. Ada lebih dari 10 menit menunggu akhirnya petugas meminta aku pindah line supaya lebih cepat. Ah untung deh. Habis itu urusan catat mencatat dokumen imigrasi, ngurus bebas fiskal anak-anak (hehehe bagian yang menyenangkan), cepet banget malah yang gratisan ini, lalu kami menuju bagian imigrasi.

Ups saking kepagian, kami belum bisa masuk ke b0arding room, masih tutup euy. Tapi gak lama kok. Karena kami bersama anak kecil dan orang tua, kami mendapat ruangan khusus (belakangan, pintu ruangan ini dibuka duluan sehingga kami yang di dalamnya bisa boarding duluan ke dalam pesawat, thank you Air Asia !). Aduh aduh ternyata pesawat kami delay. Anak-anak sudah pada gak sabaran. David bolak balik nanya petugas, masih lama gak ? hehehe gitu tanyanya. Setiap ada pesawat melintas, David langsung menunjuk sambil berseru : Air Asia ! Padahal pesawat yang kami tunggu-tunggu belum nampak sedikitpun.

Untungnya nih, logistik kami lebih dari cukup. Aku mbawa bread talk dan mami bawa lontong daging. Uenak banget deh. Air minum juga banyak. Maklum sadar mbawa anak-anak, air minum dalam botol sudah disiapkan dari rumah. Jadi kami gak kurang makan dan minum sama sekali. Cuma jengkel juga lama-lama kok pesawat kami gak kunjung tiba.

Eh, lagi bengang bengong gitu, tiba-tiba kami melihat rombongan memasuki boarding room yang sama. Mereka adalah teman sekolah John dan orang tua serta kakek nenek mereka. Susy Meilina, suami, Ayasha, Evan ! Jadi deh kami ngobrol dan ketawa-ketawa. Dengan pesawat yang sama mereka akan ke KL dan tinggal di sana 3 hari, lalu ke Bangkok 3 hari juga. Jadi kami gak terlalu kesel deh.

Kira-kira pukul 12.50 kami akhirnya bisa masuk ke dalam pesawat, seperti janji petugas check-in, anak-anak dan orang tua mendapat prioritas, jadi kami engga perlu berlari-lari rebutan tempat duduk. Tidak lama pesawatpun mengangkasa. David yang kelelahan sehabis exciting sepagian, gak lama jatuh pulas di kursinya. Sementara John segar bugar asik sendiri.

Ini baru pertama kali kami menggunakan budget airlines. Kalau kita bandingkan dengan harga yang kita bayarkan, pelayanan mereka baik sekali loh. Kursi dilapisi leather (tau deh genuine atau bukan, gak penting hehehe), kelengkapan standar (seat belt, penutup jendela, lampu, petunjuk penyelamatan, dll semua tersedia dan berfungsi baik). Iseng mengamati penganan yang mereka tawarkan, aku memesan bubur ayam instan. Wah rasanya super hambar hehehe. Tapi lumayan deh buat ngangetin perut.

Aih, si Awit kepulesan dan kecapekan, tau-tau dia terbangun karena ngompol. Untung cuma sedikit, keburu terasa dan bangung mungkin. Buru-buru aku anterin ke toilet. Untung juga, extra clothes selalu dibawa kemanapun. Jadi Awit langsung ganti dengan celana baru yang kering dan bersih.

Penerbangan kira-kira 1 jam 15 menit. Kami mendarat super mulus (plok plok plok buat uncle pilot Air Asia deh) di terminal baru LCCT (Low Cost ... Terminal) di dekat KLIA. Waktu kami check-in petugas sudah menginformasikan hal ini. Jadi, kami bisa memberi kabar penjemput kami, kalu ada yang njemput hehehe.

Sesuai janji, kami membiarkan John dan David melihat-lihat ruangan cockpit. Beruntung uncle pilot & co dan auntie pramugarinya baik-baik. John dan David boleh melihat-lihat bahkan sempat berfoto bersama di dalam cockpit (John malah dipinjami topi oleh uncle pilot).

Ini dia LCCT, gak ada belalai ! Jadi kami turun dari pesawat disambut terik yang luar biasa, mana gitu kami harus berjalan kaki menuju terminal, cukup jauh juga. Dalam keadaan normal di Jakarta, gak bakal aku mau jalan kaki sejauh ini di tengah terik seperti ini.

Tau deh saking senengnya, atau saking pikunnya, kami lupa mengisi dokumen imigrasi. Jadi deh kami pakai acara isi mengisi dokumen dulu. Pas selesai, antrian sudah panjang minta ampun huhuhuhu. Begitu lolos dari imigrasi (hehehe emangnya kabur?), kami langsung melihat encik Muhammad sudah menunggu kami dengan sign board namaku.

Sementara papi, Judo dan anak-anak langsung masuk ke dalam mercy penjemput (kata Susan dalam sms : naik sih Air Asia tapi jemputannya mercy hihihih), aku dan mami bergegas ke Mc Donald (persis di pintu keluar LCCT) membeli pengganjal perut. Sayang kesukaan anak-anak, paket nasi ayam goreng, gak ada. Jadi kami pesan french fries, fillet-o fish, chicken nugget, cheese burger dan air mineral.

Gak enak hati sebetulnya makan di dalam mobil semewah dan sebersih ini. Tapi ya anak-anak kan kelaparan, jadi dengan pesan supaya makannya hati-hati, kami menikmati makan siang kesorean kami dalam perjalanan dari KL ke Genting.